Dimana aku selalu
menyediakan ruang untuk siapapun orang yang datang meminta untuk aku mengisi
kesepiannya, kejenuhannya, kebimbangannya atau sekedar aku diminta mendengarkan
cerita keluh kesahnya. Aku tak dijadikan istimewa di bagian hidupnya, di pedestrian
hatinya pun tidak tapi ada sebagian yang terlanjur nyaman, ditempatkan aku
sebagai tokoh nyata di alur hidupnya. Sahabat ataupun pelarian belaka. Ini
seperti pekerjaan sukarela terkadang memang biasanya tak patut menerima
imbalan, tulus. Aku selalu membuka pintu untuk siapapun yang kan bertandang ke
ruang itu. Social Media. Mengapa ini kerap terjadi walaupun akhirnya bukan
happy ending buatku, mulanya aku terkadang merasa tak pantas bila aku diam saja
menyikapi orang yang sedang dirundung kecewa, terluka atau terintimidasi kehidupan yang memang jalannya tak selalu
terbebas dari himpunan kerikil maupun teksturnya yang curam nan berliku.
Anehnya ketika
komunikasi yang diemban sudah mulai hangat – bukan lagi cerita keluh kesah yang
jadi buah bibir – nampak ada setitik rasa dari titisan kebersamaan yang
terpatri tanpa rencana, tanpa terkira bahwa jalinan itu makin erat namun
mengambang arahnya. Rasa saling perhatian pun datang tak mengetuk di rumah
komunikasi kita. Dan sudah berapa jauh aku masuk dalam kisah ini, kisah yang
tak disangka – sangka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar