Kalista, pertemuan itu tak sesuai rencana. Harusnya dia
datang dan saling sapa lalu bicara ringan dengan renyah tapi justru dia
memesonakan aku, buatku kelu berjuta aksara di depannya sehingga nampak kagum
yang mega dalam benakku. Benak yang sesak yang tak tau apa kalimat yang pantas untuk
menggambarkan keindahannya, itu pun dia tanpa memamerkan senyuman tapi aku
sudah memastikan bahwa senyumnya paling indah, seindah semesta. Seakan waktu berjeda
namun satu patah kata dariku pun tak terlisan dengan sempurna. Terdiam.
Andai jumpa itu aku
tak sedang terpuruk, mungkin aku tak menganggapmu penolong bidadari tanpa sayap
itu. Kau taburkan semangat dalam tutur katamu, kau layaknya titipan Tuhan untuk
aku muliakan, kau.. dan kau, melejit segala personifikasi untuk menggubris
kemilaumu. Kalista Lestari
Syarat wajib dalam hal kopi darat ini yakni memberi opini
bahwa maya dan nyata tidaklah sepadan maknanya. Aku menyukai perkenalan nyata
walaupun aku telah mengenalnya sejak lama dalam bauran maya. Tapi bila tak
melalui maya, mungkin sang waktu akan lebih lama untuk mempertemukan atau
bahkan tak pernah mengenalnya.
“Kalista, ajaib banget ya lu bikin gue kagum gini”, akhirnya
aku memulai pembicaraan. “What? Bisa aja lu han” kalista terkejut mendengar
pernyataan barusan, lalu mereka tertawa sambil menyusuri lobby mall menuju
bioskop. Setibanya di bioskop, aku tak ikut mengekor antrian loket untuk
membeli tiket film justru aku mengantri di seberangnya, kedai tempatku memesan minum. “siang mas, mau pesan
apa?”, tanya kasir suatu kedai milik bioskop tersebut. “hmm.. lu mau apa Kal?”,
bukannya menjawab malah melempar tanya kepada Kalista. “Hah?”, Kalista tertegun
yang sedari tadi menunduk sedang menjetikkan jarinya di layar ponselnya. “Iya,
apa? Tenang gue traktir”, santai tuturku. “Capuccino Ice, deh”, tegas Kalista.
“Iya mba, Capuccino Ice nya dua”, kataku kepada kasir tersebut sambil
mengeluarkan sepeser uang kertas dan dengan segera menerima kembalian dari
kasir tersebut, lalu memegangi 2 cup besar sambil berjalan menempati kursi kosong di
outdoor fasilitas bioskop yang layaknya bisa dijadikan kafetaria juga.
Mulanya memang kalista meminta aku untuk menemaninya nonton
film premier yang baru mulai tayang dua hari yang lalu, namun keadaan justru
mengurungkan niat Kalista sebab tiket sudah sold out untuk jadwal hari itu.
Akhirnya tanpa pikir panjang, aku mengambil keputusan untuk mengobrol saja dan
ide itu pun sangat disetujui oleh Kalista walaupun keliatan agak bete bila
momen nonton nya digantikan dengan berbincang saja. Duduk berdua, berhadapan
pula buatku agak pundung lalu ku tagih saja janjinya untuk bercerita mengenai
David, kekasihnya. Hubungan Kalista dengan David tak mendapat restu dari kedua
orangtuanya, hubungan mereka disebut backstreet karna pihak keluarga Kalista
tidak merestui karna David berbeda kepercayaan dengan Kalista. Kalista dilema
dalam posisinya saat ini, dia menceritakannya banyak hal kepadaku tentang manis
pahitnya hubungan dengan David yang sudah 2 tahun berjalan. Ketika itu kalista
mengajak David ke kediamannya dan keluarganya di hari minggu – hari minggu
adalah hari dimana orangtuanya tinggal di kediaman sesungguhnya -- walaupun David mesti meninggalkan ibadahnya hari itu demi pertemuannya dengan keluarga Kalista terwujud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar