Agustus 14, 2013

Kopi Darat eps.1 (pelarian chapter)


Kalista, pertemuan itu tak sesuai rencana. Harusnya dia datang dan saling sapa lalu bicara ringan dengan renyah tapi justru dia memesonakan aku, buatku kelu berjuta aksara di depannya sehingga nampak kagum yang mega dalam benakku. Benak yang sesak yang tak tau apa kalimat yang pantas untuk menggambarkan keindahannya, itu pun dia tanpa memamerkan senyuman tapi aku sudah memastikan bahwa senyumnya paling indah, seindah semesta. Seakan waktu berjeda namun satu patah kata dariku pun tak terlisan dengan sempurna. Terdiam.

Andai jumpa itu aku tak sedang terpuruk, mungkin aku tak menganggapmu penolong bidadari tanpa sayap itu. Kau taburkan semangat dalam tutur katamu, kau layaknya titipan Tuhan untuk aku muliakan, kau.. dan kau, melejit segala personifikasi untuk menggubris kemilaumu. Kalista Lestari


Syarat wajib dalam hal kopi darat ini yakni memberi opini bahwa maya dan nyata tidaklah sepadan maknanya. Aku menyukai perkenalan nyata walaupun aku telah mengenalnya sejak lama dalam bauran maya. Tapi bila tak melalui maya, mungkin sang waktu akan lebih lama untuk mempertemukan atau bahkan tak pernah mengenalnya.

“Kalista, ajaib banget ya lu bikin gue kagum gini”, akhirnya aku memulai pembicaraan. “What? Bisa aja lu han” kalista terkejut mendengar pernyataan barusan, lalu mereka tertawa sambil menyusuri lobby mall menuju bioskop. Setibanya di bioskop, aku tak ikut mengekor antrian loket untuk membeli tiket film justru aku mengantri di seberangnya, kedai tempatku memesan minum. “siang mas, mau pesan apa?”, tanya kasir suatu kedai milik bioskop tersebut. “hmm.. lu mau apa Kal?”, bukannya menjawab malah melempar tanya kepada Kalista. “Hah?”, Kalista tertegun yang sedari tadi menunduk sedang menjetikkan jarinya di layar ponselnya. “Iya, apa? Tenang gue traktir”, santai tuturku. “Capuccino Ice, deh”, tegas Kalista. “Iya mba, Capuccino Ice nya dua”, kataku kepada kasir tersebut sambil mengeluarkan sepeser uang kertas dan dengan segera menerima kembalian dari kasir tersebut, lalu memegangi 2 cup besar sambil berjalan menempati kursi kosong di outdoor fasilitas bioskop yang layaknya bisa dijadikan kafetaria juga.

Mulanya memang kalista meminta aku untuk menemaninya nonton film premier yang baru mulai tayang dua hari yang lalu, namun keadaan justru mengurungkan niat Kalista sebab tiket sudah sold out untuk jadwal hari itu. Akhirnya tanpa pikir panjang, aku mengambil keputusan untuk mengobrol saja dan ide itu pun sangat disetujui oleh Kalista walaupun keliatan agak bete bila momen nonton nya digantikan dengan berbincang saja. Duduk berdua, berhadapan pula buatku agak pundung lalu ku tagih saja janjinya untuk bercerita mengenai David, kekasihnya. Hubungan Kalista dengan David tak mendapat restu dari kedua orangtuanya, hubungan mereka disebut backstreet karna pihak keluarga Kalista tidak merestui karna David berbeda kepercayaan dengan Kalista. Kalista dilema dalam posisinya saat ini, dia menceritakannya banyak hal kepadaku tentang manis pahitnya hubungan dengan David yang sudah 2 tahun berjalan. Ketika itu kalista mengajak David ke kediamannya dan keluarganya di hari minggu – hari minggu adalah hari dimana orangtuanya tinggal di kediaman sesungguhnya -- walaupun David mesti meninggalkan ibadahnya hari itu demi pertemuannya dengan keluarga Kalista terwujud.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar